Kamis, 22 November 2018

Elemen Jurnalistik & Teori Pers


9 ELEMEN JURNALISTIK
1.    Kebenaran
Kebenaran dalam jurnalisme tidak bersifat mutlak. Apa yang dianggap kebenaran senantiasa bisa direvisi. Contohnya : polisi melacak dan menangkap tersangka berdasarkan kebenaran fungsional, hakim menjalankan peradilan juga berdasarkan kebenaran fungsional dan seorang terdakwa bisa dibebaskan karena tidak terbukti salah.
Hari pertama, seorang wartawan memberitakan kecelakaan itu seputar di mana lokasinya, jam berapa kejadiannya, apa jenis kendaraannya, berapa nomor polisi, dan bagaimana korbannya. Hari kedua, berita itu mungkin ditanggapi oleh pihak lain, entah polisi, dan entah keluarga korban. Hari ketiga, mengoreksi apa yang diberitakan.
Kebenaran dalam jurnalisme dibentuk hari demi hari, lapisan demi lapisan. Ibarat stalagmit, tetes demi tetes kebenaran itu membentuk stalagmit yang besar, makan waktu dan berproses.
Sampai detik ini pun, kebenaran yang mungkin dibuka oleh media massa masih dibentuk hari demi hari, lapisan demi lapisan. Tapi dari kebenaran yang berusaha dibentuk hari demi hari ini nantinya akan membentuk sebuah bangunan kebenaran yang lebih lengkap dan terang benderang.
Meskipun sejumlah pengamat dan sebagian masyarakat Indonesia menyaksikan hal tersebut, setidaknya media massa terutama wartawan yang berada di bawah sebuah lembaga berusaha menjalankan elemen pertama jurnalisme ini.

2.    Loyalitas kepada Warga
Sejak era 1980-an banyak wartawan Amerika yang berubah jadi orang bisnis. Sebuah survei mnemukan separuh wartawan Amerika menghabiskan setidaknya sepertiga waktu mereka untuk urusan manajemen ketimbang Jurnalisme. Ini memprihatikan karena wartawan punya tanggung jawab sosial yang tak jarang bisa melangkahi kepentingan perusahaan tempat mereka bekerja.
Patut dikhawatirkan jika jumlah wartawan yang mengurusi bisnis kian lama kian bertambah. Patut diingat juga bahwa bisnis media berbeda dengan bisnis-bisnis lainnya. Sisi pertama adalah pembaca, pemirsa, dan pendengar. Sisi kedua adalah pemasangan iklan. Sisi ketiga adalah masyarakat.
Kebanyakan media termasuk televisi, radio ataupun dotcom, memberikan berita secara gratis. Orang tak membayar untuk menonton televisi, membaca internet, atau mendengarkan radio.
Namun, di sinilah sikap profesionalisme pekerja jurnalistik berperan dalam menghadapi pihak pemilik media massa. Mereka harus mampu memberikan argumentasi intelektual untuk mencegah campur tangan secara sembrono kepentingan bisnis pemilik media massa.
Banyak jurnalis profesional di dalam media mampu menyeimbangkan kepentingan para pembaca dan stake holder secara keseluruhan sehingga intervensi itu tetap bisa dibatasi.
Kehadiran jurnalis profesional akan memberikan pelajaran penting bagi pemilik media akan pentingnya independensi dalam bekerja. Pelajaran ini pun sangat baik untuk jurnalis muda yang belum mahir dalam mengelola idealisme dengan kepentingan bisnis dalam membuat karya-karya jurnalisme.

3.    Disiplin dalam Melakukan Verifikasi
Elemen ketiga ini mutlak dimiliki wartawan agar senantiasa disiplin dalam menyaring desas-desus, gosip, ingatan yang keliru, dan manipulasi guna mendapatkan informasi yang akurat.
Investigasi adalah suatu teknik pencarian informasi sebanyak-banyaknya melalui upaya penyelidikan atau pemeriksaan yang mendalam. Oleh karena itu, pekerjaan wartawan sering dikatakan “mendekati pekerjaan intelijen atau detektif". Investigasi bertujuan untuk mencari kebenaran atau menemukan fakta-fakta baru di lapangan berkaitan dengan kasus lama tersebut.
Data-data yang terkumpul dari hasil investigasi ini selanjutnya diolah dengan menggunakan metode penelitian tertentu untuk diuji kebenarannya.

4.    Independensi
Kovach dan Rosenstiel berpendapat bahwa independensi sangat mutlak diperlukan. Karena itu, wartawan tidak boleh mengungkapkan opininya dalam berita.
Pada dasarnya, sikap netral bukanlah prinsip dasar Jurnalisme. Prinsipnya, wartawan harus bersikap independen terhadap orang-orang yang mereka liput. Mereka harus tetap melakukan verifikasi, mengapdi pada kepentingan masyarakat, dan memenuhi berbagai ketentuan lain yang harus ditaati seorang wartawan.
Latar belakang etnik, agama, ideologi, atau kelas yang ada pada diri wartawan dijadikan bahan informasi untuk liputan mereka, bukan dijadikan alasan untuk medikte si wartawan.
Bersama wartawan dari berbagai latar belakang akan menciptakan liputan yang lebih kaya, meski keberagaman ini tidak bisa diperlakukan sebagai tujuan.

5.    Memantau Kekuasaan dan Menyambung Lidah Mereka yang Tertindas
Memantau kekuasaan bukan berarti melukai mereka yang hidupnya nyaman, tetapi memantau kekuasaan dilakukan sebagai bentuk upaya turut menegakkan demokrasi.
Salah satu konsekuensi dari investigasi adalah kecenderungan media yang bersangkutan mengambil sikap terhadap isu yang mendorong mereka melakukan investigasi. Bagaimanapun, kesalahan dalam investigasi memiliki dampak yang sangat besar. Mungkin karena resiko ini, banyak media besar serba tanggung dalam melakukan investigasi.
Banyak hambatan yang ditemui wartawan, bahkan ancaman pembunuhan. Oleh karena itu, salah satu upaya wartawan dalam investigasi adalah melakukan penyamaran.

6.    Jurnalisme Harus Menyediakan Forum bagi Kritik maupun Komentar dari Publik
Harus dipahami bahwa manusia secara alami punya rasa ingin tahu. Ketika mereka bereaksi terhadap laporan-laporan itu maka masyarakat pun dipenuhi dengan komentar, mungkin lewat program telopon di radio, lewat talk show di televisi, opini pribadi, surat pembaca, ruang tamu surat kabar, dan sebagainya.
Sekarang, teknologi modern membuat forum ini lebih bertenaga, ada siaran langsung televisi atau chat room di internet.

7.    Jurnalisme Harus Memikat dan Relevan
Laporan yang memikat dianggap laporan yang lucu, sensasional, menghibur, dan penuh tokoh selebritas. Sebaliknya laporan yang lerevan dianggap kering, penuh angka-angka, dan membosankan, meski bukti-buktinya cukup banyak.
Sebab menurut mereka, menulis narasi yang dalam dan memikat butuh waktu lama.

8.    Kewajiban Wartawan Menjadikan Beritanya Proporsional dan Komprehensif
Kovach dan Rosenstiel mengatakan banyak surat kabar yang menyajikan berita yang tidak proporsional, biasanya membuat judul-judul yang sensional, dan penekanannya pada aspek yang emosional. Surat kabar seperti ini seringkali tidak proporsional dalam pemberitaannya.
Berbeda dengan pemain gitar, dia datang ke tempat umum dan bermain gitar. Mungkin awalnya hanya segelintir orang yang memerhatikan permainan gitarnya, tapi sering upaya pemain gitar tersebut mau mengingatkan kualitas permainan gitarnya dari hari ke hari, dapat dipastikan makin banyak orang yang datang untuk mendengarkan.

9.    Wartawan Memiliki Kewajiban untuk Mendengarkan Suara Hati Nuraninya Sendiri
Dari ruang redaksi hingga ruang direksi, semua wartawan seyogyanya punya pertimbangan pribadi tentang etika dan tanggung jawab sosial.
Menciptakan suasana ini tak mudah karena berdasarkan kebutuhannya, ruang redaksi bukanlah tempat demokrasi. Ruang redaksi bahkan punya kecenderungan menciptakan kediktatoran.
Memperbolehkan tiap individu wartawan untuk myenyuarakan hati nuraninya pada dasarnya membuat urusan manajemen jadi lebih kompleks. Mereka memang mengambil keputusan final, tapi mereka harus senantiasa membuka diri agar tiap orang yang hendak memberi kritik atau komentar bisa datang langsung mereka.

TEORI PERS
Istilah “pers” berasal dari Bahasa Belanda. Dalam bahasa Inggris, pers disebut dengan press. Secara harfiah, pers berarti cetak dan secara maknawiah, pers berarti penyiaran yang tercetak atau publikasi yang dicetak (printed publication).
Dalam perkembangannya, pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pers dalam arti sempit hanya sebatas pada media cetak yaitu surat kabar, majalah, tabloid, dan buletin kantor berita. Sedangkan pers dalam arti luas, pers meliputi segala penerbitan. Tak hanya media cetak, tapi juga termasuk media elektronik, yaitu radio, televisi, dan internet (media online).
Pers adalah lembaga kemasyarakatan (social institution). Sebagai lembaga kemasyarakatan, pers merupaka subsistem kemasyarakatan tempat ia berada bersama-sama dengan subsistem lainnya. Dengan demikian, pers tidak hidup secara mandiri, tetapi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga kemasyarakatan lainnya.
Mengapa radio, televisi, dan media online masuk dalam lingkup pers? Sebab, ketiga media ini menyajikan berita untuk memenuhi kebutuhan informasi khalayaknya. Tak heran, jika dalam jumpa pers misalnya, yang meliput berita tak hanya wartawan dari media cetak, wartawan dari media elektronik dan media onlie pun hadir untuk melakukan kegiatan junalistiknya.
Surat kabar merupakan media massa tertua di dunia, bhkan surat kabar telah ada jauh sebelum ditemukannya mesin cetak oleh John Gutenberg pada tahun 1450 di Mainz, Jerman. Kala itu surat kabar masih ditulis tangan.
Seirng dengan perkembangan teknologi cetak, pers pun berubah menjadi sebuah industri yang menggiurkan, sehingga masyarakat tak hanya mengenal surat kabar sebagai media cetak, tapi juga majalah, tabloid, buletin hingga newsletter.
Makin beragamnya jenis media cetak, memungkinkan media komunikasi satu ini tak hanya berusaha memenuhi kebutuhan informasi aktual bagi khalayaknya, namun dapat menyajikan informasi yang sifatnya segmented, artinya berorientasi pada bidang profesi atau gaya hidup tertentu, seperti ekonomi, keuangan, tenaga kerja, peluang usaha, kesehatan, ibu dan anak, dan masih banyak lagi.
Intinya, pers sebagai sarana atau medium dalam menyajikan sekaligus menyebarluaskan hasil kegiatan jurnalistik memiliki ciri khas yang tidak dijumpai pada media komunikasi lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar